Author :SeoJi
Cast :Ahn JeonYoo
Kwon HaeKyung
Rating :General
Lenght :Ficlet, Chaptered
Genre :Romance, Fluff
JeonYoo berjalan terhuyung-huyung menuju cafe Rose and Bullet’s yang mulai sepi pengunjung itu, jelas saja, sekarang jam 2 pagi ! Siapa yang nekat berjalan sepagi ini dan menembus badai salju yang turun, oh ya, tentu saja hanya JeonYoo ! Ia mendorong pintu cafe itu perlahan, lalu duduk disalah satu sudut favoritnya. Matanya menatap kosong jalanan yang sepi dibalik kaca cafe, tak menyadari bahwa seorang pria sebaya dengannya melemparkan senyum kearahnya.
“Mungkin jasmine tea cocok untukmu nona” JeonYoo yang
tersentak kaget, lalu menoleh dan menatap sang pelayan, HaeKyung, yang tengah
tersenyum padanya. JeonYoo mengangkat sebelah alisnya, ingin membuktikaan
perkataan temannya. Tentu saja kabar bahwa HaeKyung mampu menebak dengan jitu
perasaan pengunjungnya sudah tersebar luas, bahkan berhasil hinggap ditelinga
seorang JeonYoo yang tak pernah tertarik dengan perbincangan hangat. Tapi ini patut dicoba, batin JeonYoo.
“Kudengar namamu HaeKyung, betul ?” Tanya JeonYoo penasaran.
“Ya nona, tepat sekali” jawab pria itu santai, sambil
sesekali melirik apakah ada pelanggan yang memerlukan bantuannya.
“Berapa lama kau bekerja sebagai pelayan disini ? Berapa
umurmu ?” Astaga, ini diluar rencana JeonYoo ! Tentu saja ia tak mau disebut
paparazzi, tapi semua pertanyaan seakan mendesak ingin keluar dari bibir
mungilnya.
“Wow nona” HaeKyung terkekeh pelan “saya sudah bekerja sejak
berumur 18 tahun, dan umur saya sekarang 25 tahun. Ada yang bisa saya bantu
lagi ?” lanjutnya.
“Apa yang bisa kau tebak dari diriku ?” Tantang JeonYoo,
dengan tatapan memburu agar HaeKyung menjawabnya cepat. HaeKyung mengerutkan
dahinya sebentar, lalu tersenyum kembali.
“Anda sedang ada masalah, kemungkinan besar dengan keluarga.
Melihat anda, saya pastikan anda seorang wanita yang tinggal diapartemen
sendiri. Berusaha menyibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan meskipun anda
tak suka. Umur anda, 23 tahun. Apakah ada yang salah ?” JeonYoo terperangah,
tak pernah ada yang bisa menebak sejauh ini tentang dirinya. Ba..bagaimana bisa
seorang pelayan yang baru dilihatnya menebak dengan akurat ?
“Dan saya sarankan anda untuk mencicipi jasmine tea kami,
cocok untuk menghilangkan kegalauan anda” lanjut HaeKyung, masih berdiri tegap
dan tersenyum penuh sabar pada JeonYoo.
“Baiklah, jasmine tea satu” HaeKyung mengangguk, lalu
melesat masuk kedalam dapur. JeonYoo kembali menatap jalanan, berusaha menenangkan
dirinya meski hanya sementara. JeonYoo memijit dahinya pelan, merasa pusing dan
bingung menghadapi ini semua.
Seperti yang dikatakan HaeKyung tadi, ia memang sedang
menghadapi masalah dengan keluarganya. Perjodohan, kata terburuk yang pernah
didengar JeonYoo. Tentu saja ia menolak untuk dijodohkan, mengingat ia hidup
dizaman modern yang telah meninggalkan
paham ‘perjodohan’ itu. JeonYoo bergidik ngeri, tidak menerima keputusan bulat kedua
orang tuanya.
“Tenang saja, ia seorang
pengusaha kaya. Ia ramah dan tampan, sayang sekali eomma tak punya fotonya. Ia
sangat sopan, bahkan memegang kekayaan keluarganya. Entah kenapa ia belum
menikah dan memilih menuruti perjodohan, dan ternyata kalian berjodoh ! Astaga,
eomma bahkan terpana melihat ia !” Ucapan eomma-nya berputar-putar terus
diotak JeonYoo, membuatnya semakin frustasi. Ia sering mendengar kekejaman para
pengusaha pada istrinya, dan menutupi kekejaman itu dengan topeng kesempurnaan.
Oke, JeonYoo sangat butuh jasmine tea saat ini.
“Pesanan anda datang nona” JeonYoo memecah lamunannya, lalu
ia menatap HaeKyung dalam. Betapa beruntungnya istri HaeKyung kelak ! Tampan,
tinggi, sopan, semuanya menyatu dan membentuk sosok sempurna dihadapan JeonYoo
kini.
“Aku akan dijodohkan” Ucap JeonYoo tanpa sadar, membuat
HaeKyung menaikkan sebelah alisnya.
“Tidak terdengar buruk” Jawab HaeKyung, JeonYoo yang
mendengar itu tersentak lalu berdiri dengan cepat.
“Tidak buruk bagimu ! Namun bagiku, itu merupakan mimpi yang
tak pernah dan tak akan kuinginkan !” JeonYoo reflek menutup mulutnya dengan
kedua tangannya begitu menyadari ucapannya, bodohnya ia membentak HaeKyung !
JeonYoo semakin merutuki nasibnya sendiri, sedangkan HaeKyung tersenyum.
“Duduklah, ceritakan seperti apa orangnya” JeonYoo duduk
kembali dengan tenang, lalu menceritakan bebannya pada HaeKyung yang
mendengarkan dengan serius dan penuh minat.
“Well, tidak semua pengusaha seperti itu nona. Saya yakin
calon suami anda kelak merupakan yang terbaik. Pulanglah, sudah menjelang pagi.
Bukankah anda akan dijemput orangtua anda ?” JeonYoo mengangguk, lalu meneguk
jasmine teanya cepat. Ia membayar pesanannya dengan tak bersemangat, lalu
berjalan pulang. Tapi ada yang mengganggu benaknya, dan itu mengenai pernyataan
HaeKyung tadi. Apa ini ? Apa yang salah ?
batin JeonYoo.
******
JeonYoo duduk dengan gusar selama perjalanan pulang menuju
rumah orangtuanya, berusaha membayangkan seperti apa suaminya kelak. JeonYoo
menghela nafasnya kasar, ia sudah tak sanggup membayangkan suaminya seperti apa.
Toh, ia tak bisa menolak saran kedua orangtuanya yang tak akan membatalkan
perjodohan ini. Bahkan kabar buruk hinggap ditelinga JeonYoo lagi, menggelitik
kesabarannya. Hari ini bukanlah hanya perjodohan, namun sekaligus pertunangan
juga, begitulah kata orangtuanya.
Perlahan-lahan rumah megah bernuansa putih mulai terlihat
jelas, rumah kedua orangtuanya. JeonYoo menjerit-jerit dalam hati, berharap
suaminya mau menolaknya begitu melihatnya. Mobil pribadi keluarga JeonYoo
berhenti, dengan segera ia keluar dari mobil lalu berjalan ragu menuju pintu
rumah.
‘Fighting Ahn JeonYoo
! Fighting !’ JeonYoo mengepalkan tangannya kuat-kuat, lalu mendorong pintu
besar rumah orangtuanya. JeonYoo memejamkan matanya sejenak, lalu membuka
kelopak matanya dan menatap lurus yang langsung tepat menuju seseorang.
Seseorang yang tak asing, JeonYoo yakin pernah melihatnya namun entah dimana.
“Senang bertemu dengan anda” suara berat pria itu memecah
keheningan kedua keluarga yang menyadari kehadiran JeonYoo, dengan tatapannya
yang ramah ia menatap JeonYoo dalam.
“O..oh, saya JeonYoo. Ahn JeonYoo” JeonYoo maju beberapa
langkah, lalu menyalami tangan pria itu sambil menatap wajahnya lekat. Ah,
JeonYoo yakin sekarang ! Melihat keterkejutan JeonYoo, pria itu menggenggam
tangan JeonYoo erat. Pria itu memajukan tubuhnya, lalu membisikkan sesuatu
tepat ditelinga JeonYoo.
“Perkenalkan, saya pengusaha yang menurut anda kejam
terhadap istrinya, Kwon HaeKyung.”