Selasa, 22 September 2015

Rose and Bullet's: HaYoon ver.

Author :SeoJi
Cast     :Shin HaYoon
             Jung DaeIn
             Jung SooAe
Rating  :General
Lenght  :Ficlet, Chaptered
Genre   :Romance, Fluff




“Eomma !! Dimana kaus kakiku ?”

“Etto.. disofa depan tv !”

“Chagi, mana dasiku ?!”

“Se..sebentar. Ini”

Begitulah kesibukan keluarga Jung dipagi hari, selalu begitu. Entah sang appa yang kehilangan dasinya, atau SooAe yang kehilangan barang-barang sekolahnya, dan mereka selalu menyalahkan sang eomma ketika mereka menemukan barangnya.

“Kalian duduklah dulu untuk sarapan, perut kalian akan sakit jika begini terus” HaYoon, sang eomma, berusaha memanggil-manggil nampyeon dan putrinya untuk duduk sejenak dimeja makan. Sayangnya, panggilan sang eomma sama sekali tak digubris. SooAe masih berjalan kesana-kemari sembari menggerutu, sedangkan DaeIn, sang nampyeon, malah duduk dengan tenang didepan tv.

“Chagiya, sarapanlah dulu” HaYoon berjalan pelan kearah DaeIn, lalu menepuk pundaknya pelan. DaeIn menatap HaYoon dengan datar, lalu menyerahkan sejumlah uang padanya.
“Lebih baik kau pergi saja habiskan uang ini” Ucap DaeIn datar, ia lalu menjejalkan uang tersebut ketangan mungil HaYoon, lalu berjalan menuju pintu hendak berangkat kerja.

“Appa, aku juga mau~” SooAe menunjuk-nunjuk tangan HaYoon yang penuh dengan uang, lalu meminta-minta pada DaeIn. “Saranghae appa~” lanjut SooAe.
DaeIn mengeluarkan dompet kulit miliknya, lalu menyerahkan uang yang sama banyaknya dengan milik HaYoon pada SooAe. SooAe mengerjap-kerjapkan matanya senang, lalu memakai sepatunya dengan cepat.

“Hei, kalian tak...”


BRAAKK


Pintu apartemen keluarga Jung ditutup dengan keras oleh DaeIn, pertanda agar HaYoon diam saja membiarkan SooAe dan dirinya pergi. HaYoon tertunduk lesu, menatap tangannya yang penuh uang dengan sebal. Bukan ini yang ia mau ! HaYoon melemparkan uang-uang itu kelantai, lalu mengijka-injaknya dengan penuh amarah. Dengan lesu ia mengambil beberapa lembar uang itu, lalu mengambil jaketnya dan pergi keluar.

Begitu keluar dari apartemen, mata lentiknya menangkap pemandangan sebuah cafe yang tampak hangat dan ramah. Cafe Rose and Bullet’s. HaYoon menyipitkan matanya sejenak, belum pernah ia melihat ada cafe disekitar sini, atau mungkin karena ia jarang pergi keluar apartemen ? Tanpa sadar kakinya melangkah maju menuju cafe itu, lalu masuk dengan tenang.

Suasana cafe yang temaram dan juga wangi aromatik lembut yang menyebar diseluruh penjuru cafe membuat perasaan HaYoon sedikit tenang. Ia menarik nafasnya dalam-dalam, lalu berjalan dan duduk disalah satu meja dekat jendela.

“Apa yang hendak anda pesan nyonya ?” HaYoon menoleh kaget, lalu menatap namja muda dihadapannya lekat-lekat. Seorang yang terlalu tampan untuk disebut pelayan, ah ani, pasti dialah pemilik tempat ini. HaYoon berpikir sejenak, lalu menghentakkan kepalanya kaget.

“Ah, neo Kwon HaeKyung ? Pemilik cafe ini kan?” Tanya HaYoon penuh semangat, belum pernah ia melihat wajah HaeKyung dari dekat. Dan ternyata dewi fortune sedang bersamanya, kini HaeKyung sudah berdiri dihadapannya dengan senyum yang terus merekah.

“Dengan senang hati, ada yang bisa saya bantu ?” HaeKyung membungkukkan badannya sedikit, lalu kembali menegapkan tubuhnya dan menatap HaYoon dengan ramah.

“Berikan aku minuman yang sesuai dengan moodku hari ini” tantang HaYoon, HaeKyung tersenyum penuh misteri lalu segera melesat menuju dapur. Bahkan kurang dari 5 menit, HaeKyung sudah kembali dengan nampan berisi minuman berwarna ungu pekat.

“Anggur merah ?” HaYoon yang bingung dengan pemberian HaeKyung, menuntut penjelasan lebih dari bibir sexy itu.

“Ne, untuk anda saya sarankan meminum anggur merah. Sikap dan pemikiran anda yang dewasa dan juga permasalahan yang tengah menimpa anda sangat cocok untuk cita rasa anggur yang khas. Anggur itu seperti permasalahan anda, jika anda melepaskan beban yang menimpa anda, maka anggur ini akan menciptakan rasa yang meledak-ledak dalam mulut anda” terang HaeKyung panjang lebar, HaYoon mengangguk-anggukan kepalanya paham lalu tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada HaeKyung. Namja tampan itu mengangguk sejenak, lalu pergi meninggalkan HaYoon yang perlahan-lahan senyumnya memudar.

HaYoon mengangkat gelasnya pelan, lalu meneguk minuman itu dengan elegan. Dahi HaYoon mengerenyit, ia cepat-cepat meletakkan anggur itu dimeja. HaYoon meraba bibirnya dengan bergetar, pandangan matanya terpaku pada anggur itu.

“A..apa ini ? Ra..rasanya, kenapa begini ? Ini..tak manis sama sekali” HaYoon memegangi bibirnya dengan tangan bergetar, air mata tiba-tiba mengalir pelan dipipinya. Tidak ! HaYoon yakin bukan ini rasa yang dimaksudkan oleh HaeKyung ! HaYoon melempar gelas berisi anggur itu dengan penuh amarah kelantai hingga pecah berkeping-keping. HaeKyung buru-buru keluar dari dapur, tiba-tiba ia terpaku melihat HaYoon. HaYoon yang sudah tak peduli dengan keadaan sekitarnya mengambil tasnya cepat lalu berlari keluar dari cafe, para pelayan yang menyadari kepergian HaYoon segera mengejarnya.

“Tunggu !” Suara menggelegar HaeKyung menghentikan langkah para pelayan, mereka serentak menoleh kearah HaeKyung dengan tatapan bingung.
“Biarkan ia pergi, segera bereskan semua ini dan jangan coba-coba kejar wanita itu. Dan jika ia kembali, jangan pernah ungkit-ungkit kejadian ini” para pelayan segera mengangguk lalu membersihkan pecahan gelas dan cairan pekat yang khas itu. HaeKyung berjalan cepat menuju ruang kerjanya, lalu duduk dengan gelisah.
“Apa ini ? Kenapa ia begitu ? Kenapa ia... sangat hancur ?” Gumam HaeKyung pelan.

                                                                                ******



HaYoon membanting pintu apartemennya keras, nafasnya memburu dengan cepat. Ia segera berlari kedapur dan meminum segelas teh dari kulkas, lalu ia mengerenyit lagi.

“Kenapa ? Kenapa ini hambar ?! KENAPA ?!!” HaYoon melempar gelas berisi tehnya kelantai, lalu membongkar isi kulkasnya. Ia menyambar cepat susu kotak vanilla milik SooAe, lalu meneguknya langsung. Tiba-tiba ia menjatuhkan kotak susu vanilla itu hingga cairan putih itu meluap kemana-mana, tanpa sadar HaYoon menangis lagi.

“Kenapa ini hambar !!” HaYoon menarik rambutnya hingga berantakan, ia bahkan melempar semua barang yang ada dihadapannya. HaYoon menjerit-jerit pilu, ia lalu mencari handphone miliknya dan menelepon nampyeonnya.

“Cha..chagi, kau dimana ?” Tanya HaYoon dengan suara bergetar, sedangkan suaminya berdehem pelan.

“Aku sedang rapat mendadak, sepertinya rapat ini akan lama. Makan dan tidurlah dulu ! SooAe pulang denganku”


KLIK


HaYoon menatap layar handphonenya tak percaya, bisa-bisanya DaeIn memutuskan percakapan mereka secara sepihak ? HaYoon semakin frustasi, ia merapikan penampilannya sejenak lalu mengambil jaket dan kunci mobil miliknya dan pergi menuju kantor suaminya.

HaYoon mengendarai mobilnya diatas rata-rata, tidak seperti HaYoon yang mengendarai dengan penuh kelembutan seperti biasanya. Tak terasa ia sudah sampai dikantor suaminya, dengan tergesa ia berlari masuk dan menatap sekelilingnya dengan bingung.

HaYoon cepat-cepat berlari kearah lift lalu naik hingga lantai teratas, lantai dimana ruang kerja suaminya terletak. Sekertaris DaeIn yang mengenali HaYoon menatap HaYoon bingung.

“Ah..Annyeong nyonya, kenapa anda kemari ?”

“Suamiku ! Mana suamiku ?!” Tanya HaYoon memburu, membuat sang sekertaris mengerenyitkan dahinya bingung.

“Bukannya pergi dengan saudari perempuan anda ? Tadi ia pergi dengan seorang wanita, tuan bilang itu saudari anda yang baru datang dari luar negeri” detik itu juga pertahanan HaYoon pecah, tangisnya yang sudah ia bendung sejak tadi meluap begitu saja tanpa diperintah. Sang sekertaris yang melihat itu kebingungan, dengan sebisanya ia berusaha menenangkan nyonyanya. HaYoon menangis dengan pilu, hidupnya hancur sekarang.

Ia merupakan anak tunggal, jelas sekali suaminya berbohong. Lalu wanita itu siapa ? HaYoon berusaha menyingkirkan pikiran buruk yang berkecamuk diotaknya, namun perkiraan itu selalu mengganggu pikirannya. Suaminya berselingkuh.

                                                                                ******



“Chagi, kau dari mana saja ?!” Suara DaeIn meninggi begitu melihat HaYoon kembali keapartemen, HaYoon terdiam sejenak, lalu melanjutkan langkahnya menuju DaeIn. HaYoon membuka tasnya dan mengaduk-aduk isinya, sebuah kertas menyembul keluar dari tas itu. HaYoon menyerahkannya dalam diam pada DaeIn, namja tampan yang kebingungan itu membuka kertas itu pelan lalu terkejut.

“Ke..kenapa chagi ?”

“Cepat tanda tangani saja, dan biarkan aku bebas selamanya Jung DaeIn. Selamat, kau menghancurkan hidupku. Kau pikir aku akan bahagia karena uang banyak ? Atau membiarkan aku terkurung disini ? Selamat sekali lagi Jung DaeIn, kau berhasil membuatku gila. Aku tak mau tahu, besok pagi surat ini sudah harus ditanda tangani olehmu” HaYoon berjalan menuju kamar tamu apartemen mereka, ia menoleh sejenak pada DaeIn, lalu masuk kedalam kamar dan menutupnya keras. Terdengar jelas suara pintu yang dikunci dari dalam kamar itu, sebelum akhirnya... sepi.

DaeIn mengacak-acak rambutnya frustasi, tak menyangka istrinya akan senekat ini. Apalagi saat melihat keadaan dapur yang sudah sangat berantakan, ia semakin bingung dengan sikap dan perilaku istrinya. Apa istrinya tahu mengenai perselingkuhannya ? Bagus sekali, DaeIn semakin heran dan frustasi sekarang. Apa ia harus menandatangani kertas itu ? Kertas yang bahkan tak pernah ada dan tak akan ada dipikirannya, namun buktinya sekarang kertas itu dihadapannya. Surat perceraian.

******



HaYoon bangun pagi sekali, ia sangat yakin akan hal itu. Dengan perlahan ia membuka pintu kamarnya, lalu berjalan mengendap-endap kearah meja makan. Surat perceraiannya tergeletak disana, namun belum ada tanda tangan suaminya sama sekali. HaYoon mengatur nafasnya yang memburu, dan tanpa ada pilihan lain ia memasak sarapan untuk keluarganya. Tak perlu waktu lama untuk memasak omelet, setelah menata piring yang ada, HaYoon pergi kekamar utama.

Suaminya tengah tertidur pulas sampai-sampai jas kerjanya belum ia lepas, HaYoon menatap DaeIn sendu, namun ia menggeleng dan melanjutkan niatnya memasuki kamar ini. Ia membuka lemari pakaiannya, lalu mengeluarkan isinya beberapa. Setelah merasa cukup, ia memasukkan baju-bajunya tadi kedalam koper mungilnya.

Merasa tubuhnya butuh kesegaran, ia akhirnya memutuskan untuk mandi sejenak. Tak lama kemudian HaYoon sudah siap, untuk mengangkat kakinya dan melangkah pergi.
“Kumohon jangan...” HaYoon menoleh kaget dan melihat DaeIn tengah berdiri dibelakangnya dengan tatapan memohon, namun tekadnya sudah bulat, dan tak ada yang bisa merubah tekad seorang Shin HaYoon. Ia melemparkan tatapan terlukanya kearah DaeIn, membuat namja itu semakin menggumam tak jelas.

“Kemana selama ini kau DaeIn ? Kemana kau saat aku butuh ?”

“Mianhae HaYoon, mianhae...”

“Kau pikir maafmu itu mempengaruhiku ?”

“Aku tahu aku tak termaafkan, tapi tetap tinggalah disini”

“Tidak Jung DaeIn ! Sekarang, tanda tanganilah surat ini dihadapanku”

“HaYoon, dengarkan...”

“Se-ka-rang !” DaeIn menghela nafas panjang, jemarinya menyentuh pena yang sudah tersedia. Tangannya gemetaran, ia bisa merasakan itu. Tapi mau apalagi ? DaeIn menatap HaYoon sejenak yang tengah menatapnya tajam, dan dengan berat ia menggerakkan jemarinya dan menandatangani surat itu. DaeIn masih termangu dengan surat dihadapannya, ini semua karena salahnya !

DaeIn menyerahkan surat itu lambat-lambat pada HaYoon, tapi HaYoon menariknya dengan kasar.
“Terima kasih Jung DaeIn, jangan lupa bangunkan SooAe pagi-pagi agar ia tak terlambat. Dan kalian harus sarapan hari ini, aku sudah memasakkan omelet untuk kalian. Selamat tinggal” HaYoon melambaikan tangannya lalu menyeret kopernya dan berjalan keluar dari apartemennya.

“Shin HaYoon !!” HaYoon menutup telinganya, ia tak mau mendengar teriakan pilu mantan suaminya. Cukup ia saja yang merasa terluka, jangan DaeIn atau SooAe. Cahaya mentari pagi menyeruak dari arah timur, HaYoon mengerjap-kerjapkan matanya beberapa kali lalu melanjutkan perjalanannya. Tempat pertama yang ia kunjungi adalah Cafe Rose and Bullet’s, ia mendorong pintu kaca cafe itu pelan, lalu melangkah kecil meuju salah satu sudut cafe.

“Ah, anda wanita yang waktu itu kan ?” HaYoon menolehkan kepalanya, lalu menatap HaeKyung yang entah sejak kapan sudah berada dibelakangnya. HaYoon tersenyum tipis, lalu mempersilahkan HaeKyung duduk didepannya.

“Choneun HaYoon, Shin HaYoon” HaeKyung mejabat tangan HaYoon yang terulur, lalu tersenyum. HaeKyung dapat melihat sekarang, mengapa wanita dihadapannya ini tampak kusut namun ada pancaran bahagia dimatanya.

“Kurasa anda telah lepas dari masalah anda”

“Ya HaeKyung-ssi, kini saya bebas”

Story of Vampire Life II : Begining











Author: SeoJi
Cast     :


Dark Family: Bang Minah
 

Phoenix Family: EXO member
Jung Yunho
Moon Geun Young


Park SoJin
A-Pink member
BTS member
Other Cast



Rating   : PG 15+
Genre    : Angst, Thriller, Horror, Fantasy, Hurt, Romance, AU [Alternate Universe]


WARNING ! 13+ !! Di part 2 ini ada adegan kekerasannya, harap maklum karena author udah ingetin di part 1. Sebenernya nulis nih ff banyak perjuangannya, karena lagi ga diizinin nulis ff dan juga notebook naega terkena suatu insiden/? Dan awas ranjau typo bersebaran dimana-mana nih chingu, awas kalo aneh dan harap maklum deh soalnya author udah susah payah nulis /? RCL, selamat baca ! Ini murni pemikiran author, please don't copas and don't be a silent reader !

NO PLAGIATOR, DON'T BE SIDER'S, NO BASH~~

*****




Author POV~

               
"Apa ?! Apa kau tidak salah dengar Xi Luhan !" Bentak Xiumin pada Luhan, kini EXO tengah berkumpul diatap sekolah mereka. "Xiu, tenanglah !" Ucap Kris pelan, Xiumin terduduk lalu memijat-mijat pelipisnya. "SoJin tak masalah hyung, tapi si yeoja pendek itu ?!" Suara Baekhyun meninggi, ia menatap Kris dalam. 

"Bersikaplah tenang ! Jika ia manusia biasa, ia tidak mungkin sekolah disini !" Lanjut Kris, ia berjalan kearah Baekhyun cepat. "Kau sudah diajarkan sopan santun kan ? Byun Baekhyun !" Kris mendorong bahu Baekhyun kasar hingga Baekhyun terdorong mundur beberapa langkah, Baekhyun menatap Kris tajam hingga tanpa sadar matanya mulai memerah.
                
"Cukup hyung, tidak saat seperti ini kalian bertarung !" Kai menteleportasikan diri lalu memisahkan keduanya, Baekhyun pun ditarik menjauh oleh Chanyeol agar ia tidak tiba-tiba menyerang Kris. "Kita... hanya perlu menunggu mereka saja" ucap Sehun pelan, ia berjalan lalu menatap lantai dasar sekolahnya. 

"Aku akan pulang, Baek-hyung, Chan-hyung, Luhan hyung. Kajja pulang, ppali." Sehun berjalan melewati para hyungnya, lalu turun melalui tangga sekolahnya. Baekhyun mengendikkan bahunya lalu berjalan menyusul Sehun yang diikuti Luhan dan Chanyeol.
               
 Dibawah, Chanyeol, Baekhyun, Luhan dan Sehun masuk kedalam ‘Porsche Carrera’ milik mereka berempat, dan mobil itu melaju pergi menjauh dari lapangan parkir sekolah mereka yang sudah sepi. Kali ini, Baekhyun-lah yang menyetir. Ia –sementara- tak mau Sehun yang menyetir. Bukannya tak bisa, hanya saja, beberapa hari yang lalu saat Sehun mengemudikan mobil, mobil mereka terpaksa ditahan oleh polisi.

Mereka sudah mengatakan bahwa Sehun merupakan anak SMA, namun polisi tetap menarik paksa mobil mereka (read: diderek paksa). Alhasil, karena saat itu mood Baekhyun sedang buruk, semua polisi itu terkapar tak berdaya (read: mati sia-sia). Dan, tentu saja hal itu membuat ayah mereka murka.

“Kajja kita pulang, eomma akan cemas nanti” Xiumin mengeluarkan kunci ‘Lamborghini Aventador’ miliknya, Chen, Suho, dan Lay. Kai pun mengeluarkan kunci mobil ‘Alfa Romeo- Spider’ miliknya, D.O, Tao, dan Kris. Mereka semua berpencar, lalu pergi dengan mobil mereka.


<SKIP>


Minah POV~

               
 "SoJin, aku tidak mau berkunjung kerumah mereka sekalipun rumah mereka hanya berjarak beberapa meter dari rumahku !" Aku menghempaskan badanku sofa depan tv, SoJin hanya menengokku sebentar lalu kembali asyik menonton acara di tv. "Memang kenyataannya begitu kan ? Rumah kalian berdekatan dan kalian tidak saling mengunjungi, payah !"

 SoJin menenggak soda darah yang kuberikan padanya, meski aku belum menjadi vampire namun aku punya sedikit persediaan darah kemasan. "Ah, sudah waktunya kita berkunjung ! Ayo pakai gaunmu !" "SoJin-ya, batalkan saja !" Aku mengerang pelan, lalu berjalan gontai ke kamar dan diikuti SoJin.
                
"Aku pakai gaun ini dan kau... pakai ini saja !" SoJin menyerahkan gaun berwarna putih gading padaku, indah juga... batinku pelan. "Tentu saja indah, kan aku yang pilihkan untukmu !" Aku mendengus pelan lalu mencoba memakai gaun pilihan SoJin, aku tersenyum melihat pantulan diriku dicermin. SoJin cepat-cepat memakai gaun berwarna merah polos dengan bordiran dibawahnya, sama sepertiku. SoJin tersenyum lalu menarikku keluar dari rumahku dan berjalan kearah rumah Phoenix Family.
               

TOK..TOK..TOK..

                
SoJin mengetuk pintu perlahan, terdengar suara berderit saat pintu rumah megah itu dibuka. Dari sela pintu, tiba-tiba ada kepala yeoja melongok keluar. "SoJin ! Lama kau tidak kemari !!" Yeoja tersebut keluar dari pintu lalu memeluk SoJin, sesudah memeluk SoJin yeoja tadi menatapku ramah. 

"Ah, Bang Minah ! Kau kemari juga ! Kupikir kau tidak akan kemari !" Ia memelukku pelan, aku hanya membalas pelukannya dengan canggung. "Ahjumma, apa EXO sudah pulang ?" SoJin melongok kedalam rumah, ia tampak sedang mencari... EXO mungkin ?


Author POV~

                
"A... ahjumma ?!" Minah menatap yeoja dihadapannya dengan gugup, ia tidak percaya bahwa yeoja tersebut merupakan ibu dari Xiumin, Suho, Chanyeol, Baekhyun, Tao, Sehun, dan D.O. "Ah, jangan panggil ahjumma ! Apa aku terlihat tua ?" Canda sang eomma, ia lalu menepuk dahinya pelan. "Ah aku ini, ada tamu tapi tidak kuajak masuk ! Mari masuk dan makan malam bersama kami ! EXO sedang bersiap untuk makan SoJin."

"Oh, ne ahjumma !" Jawab Minah dan SoJin serempak, mereka lalu berjalan masuk menuju ruang makan keluarga Phoenix. "Lihat, kita kedatangan tamu yang cantik-cantik !" Ucap sang eomma lantang pada anak-anak dan suaminya, EXO hanya melirik sekilas lalu kembali menatap meja makan.
                
"Ah, SoJin dan Minah !" Ucap seorang namja muda, ia berdiri lalu berjalan kearah Minah dan SoJin. "Ahjussi, salam !" SoJin menundukkan badannya yang disusul Minah, sang namja hanya tersenyum. "Mari kita makan !" Ucap Yunho, appa dari Xiumin, Suho, Chanyeol, Baekhyun, Tao, Sehun, dan D.O. "Apa ?!" Pekik Tao keras, ia mendorong kursinya hingga terjatuh dilantai.

Ia berjalan kearah Minah, lalu menunjuk-nunjuknya kesal. "Makan bersama dia ?! Maaf appa, aku menolak !" Ucap Tao tegas, Minah menatap Tao tak percaya. "Pergi kau dari sini ! Singkirkan wajah menjijikkanmu itu !!" Lanjut Tao keras, sebagian hyung dan dongsaengnya mengangguk, namun ada juga yang ragu untuk menganggukkan kepalanya.


Moon Geun Young POV~

                
"Pergi kau dari sini ! Singkirkan wajah menjijikkanmu itu !!" Ucap Tao keras pada Minah, aku melihat ekspresi Minah, kaget. "Huang Zi Tao !" Teriak Yunho dan saat itu juga ia menampar pipi Tao keras. "Chagi, sudah hentikan !" Aku menarik tangan Yunho, lalu mengajaknya menjauh dari Tao. "Ah ahjussi, maafkan aku. Ini semua salahku, ahjussi tak perlu menampar Tao !" Ucap Minah lantang, SoJin yang berdiri disampingnya tampak kaget mendengar ucapan Minah.

"Maaf merepotkan kalian semua, mianhaeyo !" Minah membungkuk secara formal hingga telapak tangannya menyentuh lantai, aku langsung berlari dan menarik tangan Minah untuk berdiri. "Minah, sudahlah ! Kau tak perlu berbuat seperti itu !" Aku merangkulnya pelan, dapat kurasakan ia menaha tangisnya. "Lepaskan eomma, kau tidak perlu menyentuhnya !" Tao melepaskan pelukanku dari Minah, Minah kini mulai terisak pelan.


Yunho POV~

                
Oh tidak Tao ! Aku berlari menuju bawah meja makan, karena aku tahu apa yang akan terjadi. "HUANG ZI TAO !! KAU ANAK YANG TAK SOPAN !!" Young berteriak hingga beberapa sisi tembok retak, Minah dan SoJin yang berada didekatnya menutup telinga mereka rapat. Aku keluar dari bawah meja makan lalu menyentuh pundak Young pelan "chagi, kurasa kita..." "SINGKIRKAN TANGANMU YUNHO !!" Ia mendorong tubuhku kuat, lalu mengambil beberapa pisau dapur dengan kekuatan telekinesisnya.

Tao yang melihat Young mengambil pisau mulai berlari meninggalkan kami. "TAO !! KUBUNUH KAU !!" Kini tubuh Young sudah diselimuti api, pisau yang digenggamnya pun ikut berapi. Aku segera menarik Minah dan SoJin menjauh, lalu melindungi mereka dibalik tubuhku. Kini Young mulai melemparkan pisaunya

Pisau 1....

Pisau 2....

Pisau 3....
                
"Aargghh !!" Tao jatuh tersungkur ditangga, dipahanya terdapat sebuah pisau yang terbakar. "Young berhenti !!" Aku merengkuh tubuhnya dari belakang, lalu menariknya paksa kekamar kami.


In other side~


Author POV~

                
"Tao !!" Para anggota EXO berdiri mengelilingi Tao, Suho menggunakan kekuatan airnya untuk memadamkan pisau yang terdapat dipaha Tao. Lay menarik pisau itu cepat sehingga Tao mengerang keras, Lay lalu memulihkan luka dipaha Tao. Tampak jelas ada luka bakar dipahanya, karena darahnya berkurang banyak kini Tao tampak pucat(vampire emang pucat kan ? Lupakan--"). 

"Ini Tao, minumlah !" Minah menyerahkan darah kemasan yang ada dikulkas Phoenix Family, Tao yang mulai kehilangan kesadaran langsung menenggak cepat cairan berwarna pekat itu.
                 
"Ini semua karena kau ada Bang Minah !" Bentak Kai, ia mendorong Minah hingga terjatuh dan kacamatanya terlempar. SoJin yang melihat itu mulai marah, ia mengangkat badan Kai lalu melemparnya. "Berhenti menghina sahabatku !" Mata SoJin kini sudah semerah darah, ia sangat marah. 

"SoJin, cukup !" Minah berteriak kencang, kini semua pasang mata beralih padanya. "Kalian bilang wajahku menjijikkan ?! Oke, aku pergi !!" Minah mengangkat gaunnya lalu berlari masuk kedalam rumahnya, ia lalu membanting pintu rumahnya keras.


SoJin POV~

                 
"Kalian bilang wajahku menjijikkan ?! Oke, aku pergi !!" "Yak, Minah-ya !" Aku berlari kearah rumahnya lalu memukul-mukul pintunya keras, sebenarnya aku mampu menghancurkan pintu, namun kekuatanku tidak berguna dirumah Minah, entahlah. Tiba-tiba secarik kertas mengenai kakiku, kertas itu keluar dari celah bawah pintu.


'SoJin-ah, mianhae. Aku...ingin sendiri. Lupakan saja keadaanku, mungkin aku tidak masuk sekolah beberapa hari ini. Bisakah kau tidur dirumah ahjussi dan ahjumma sebelah ? Maaf mengusirmu, Bang Minah.'
                

Aku merasa ada yang aneh disini, sesuatu akan terjadi. Agh, suara berdengung ini datang lagi. Aku berlari menjauh dari rumah Minah dan masuk kedalam rumah Phoenix Family, telingaku serasa ditusuk berkali-kali. "Aaakkhhh !! Haaaarghh !" Aku jatuh terduduk dilantai rumah Phoenix Family, telingaku kini terasa terbakar. "Aaaaaakkkkhhhhh !!!" Aku berteriak keras, terdengar banyak derap langkah kaki mendekat kearahku. Pengheliatanku mulai berkunang, tubuhku terasa sangat lemah. Lalu, semuanya gelap.


<Flashback on>

In other side~


Yunho POV~

                
"Young, tenanglah !" Aku mencengkram bahu mungilnya erat, kini matanya sudah berwarna merah pekat. "LEPASKAN TANGANMU ATAU KUCEKIK KAU !!" Ia mengerang memintaku untuk melepaskan cengkramanku, namun aku tetap mencengkram bahunya. "Kau lebih baik mencekikku daripada kau melukai anakmu sendiri Young !" Lanjutku, kini ia menatap mataku sengit. "DIA ANAK YANG TAK SOPAN !!" "YOUNG SADARLAH !" Aku membentaknya hingga kaca disekeliling kami retak, Young menarik nafasnya panjang.

Ia merebahkan badannya dikasur, lalu menutup matanya perlahan. "Minum" ujarnya serak, aku mengangguk lalu menyerahkan segelas air padanya. "Chagi, mianhae membentakmu. Bukan maksudku begitu, hanya saja kau hanya akan membahayakan semua orang dirumah ini !" Ucapku tegas, ia hanya mengangguk pelan "mianhae" lirihnya.
                
"Jika Minah sampai tahu mengenai segalanya, keluarga kita bahaya Yunho." Ia duduk tegak disampingku dan menyandarkan kepalanya dibahuku, lalu menghela nafasnya panjang. "Jika pun Minah tau, kurasa kita tak perlu khawatir. Minah yeoja yang baik, aku tahu itu chagi !" Ucapku pelan, ia mengendikkan bahunya malas.

"Aaakkhhh !! Haaaarghh !" "Chagi, suara apa itu ?" Tanyanya, aku menatap bingung padanya lalu mulai menajamkan pendengaranku. "Aaaaaakkkkhhhhh !!!" "Chagi, itu SoJin !" Young menatapku kaget lalu berlari cepat menuju bawah, aku segera berlari menyusulnya.


<Flashback off>


Sehun POV~

                
"SoJin ! SoJin !" Eomma berteriak dan mengguncang tubuh SoJin noona pelan, aku berlari mendekati eomma. "Eomma, neo gwenchana ?" Tanyaku panik, bagaimana pun aku masih mempunyai perasaan ketimbang para hyungku. "Nde, tapi SoJin..." Eomma merangkul tubuh SoJin noona erat, seakan-akan SoJin noona merupakan barang paling berharga. 

Aku melepaskan rangkulan eomma lalu menggendong tubuh SoJin noona ala bridal style, aku berjalan menuju kamarku lalu merebahkan tubuh SoJin noona diatas kasur. Kulihat eomma sempat kaget, namun aku tak peduli. Aku hanya ingin menyelamatkan bangsaku, itu saja. "Sehun, ini !" Appa menyerahkan darah kemasan padaku, aku langsung mendudukkan SoJin dan meminumkan darah itu secara paksa.
                
"Apa yang dia baca tadi ? Pikiran siapa ?!" Eomma bergumam tak jelas, ia terus saja berjalan kesana kemari dikamarku. "Akh !" Sojin terbatuk pelan dan tersadar dari pingsannya, ia memegangi kepalanyadan dahinya berkerut. "Kau masih pusing, tidurlah kembali !" Perintahku, namun ia menggeleng mantap. 

"Shireo !!" Ia menoleh dan memperhatikan seluruh isi kamarku. "Ah, Minah ! MINAH !!" SoJin melompat dari kasurku lalu berlari kearah rumah Minah, eomma appa dan aku saling bertatapan dan menyusulnya keluar. D.O hyung, Xiumin hyung, dan juga Lay hyung ikut berlari keluar, kulihat SoJin memukul-mukul pintu rumah Minah keras.


Xiumin POV~

                
"Ada apa Sehun ?" Tanyaku heran, Sehun mengendikkan bahunya lalu menunjuk SoJin. "Tolong bantu aku, tolong bukakan pintu ini !" SoJin berteriak-teriak memohon pada kami, namun appa hanya menggeleng. "Kita tak bisa merusaknya SoJin, kekuatan kita tak sanggup !" Ucap appa cemas karena tidak tahu harus berbuat apa, air mata kini mulai membasahi pipi SoJin.

"Memang ada apa SoJin ?" Tanya eomma, kami menyimak ingin mendengar jawaban SoJin. "Akan kujelaskan, tapi bukakan pintunya dulu ahjumma !" SoJin masih saja memukul pintu rumah Minah kuat, namun pintu itu tetap tak bergeming. "Semuanya, menepi !" Perintah D.O, kami menatapnya heran. Ia menghentakkan kakinya kuat, dan tiba-tiba gempa bumi datang.


BRRRAAAKKK
                

Pintu rumah Minah akhirnya terbuka, kami segera berlari masuk kedalam rumah. "Bau...darah ?" Ucapku kaget, diseluruh ruangan rumah ini bau darah ! SoJin berlari kesebuah kamar, kami semua tetap berlari mengikutinya. Ia membuka sebuah pintu dalam kamar itu, dan seketika ia membelalakkan matanya dan menutup mulutnya. "SoJin, kenapa ?" Tanya eomma cemas, saat eomma melihat 'pemandangan' yang SoJin lihat, ia jatuh terduduk. Appa dan aku saling pandang lalu masuk kedalam ruangan yang eomma dan SoJin lihat.


TBC~



TBC ganggu ga ? Kalau iya, saya bersyukur deh. Soalnya saya pengen balas dendam sama author lain yang nulis TBC ditempat yang ga tepat alias nanggung ! Jangan lupa RCL ne~~